Home

Senin, 23 Desember 2013

Membuat pikiran kita bekerja untuk kita dan bukan membiarkannya bekerja melawan kita.

"Percaya Anda dapat Berhasil, maka Anda pun Akan benar-benar Berhasil"



Beberapa tahun yang  lalu setelah berceramah dihadapan sekelompok usahawan di Amrik, David J. Sc berbincang dengan seseorang yang menghampirinya, memperkenalkan dirinya, dan berkata, "Saya benar-benar menikmati ceramah Anda. Dapatkah Anda meluangkan waktu beberapa menit? Saya ingin sekali berbincang dengan Anda tentang suatu pengalaman pribadi".

Sambil minum kopi ia bercerita dengan tenang.

"Saya mempunyai sebuah pengalaman pribadi yang berkaitan dengan apa yang Anda katakan tadi mengenai membuat pikiran kita bekerja untuk kita dan bukannya membiarkannya bekerja melawan kita. Saya belum pernah menceritakan kepada siapa pun bagaimana saya mengangkat diri saya keluar dari dunia menengah, tetapi saya ingin sekali menceritakannya kepada Anda".

David J. Sc mempersilahkannya "saya ingin sekali mendengarnya."

"Begini, lima tahun yang lalu saya bekerja keras, dalam pekerjaan yang biasa-biasa saja. Memang saya hidup lumayan menurut standar rata-rata, tetapi masih jauh dari ideal. Rumah kami masih terlalu kecil, dan tidak ada uang untuk membeli banyak barang yang kami inginkan. Syukurlah istri saya menerima saja nasibnya, tetapi ia tidak puas. Saya semakin tidak puas. Ketika saya membiarkan diri saya melihat bagaimana saya mengecewakan istri dan dua anak saya, saya memutuskan untuk mengubah semuanya."
"Sekarang ini, kami mempunyai sebuah rumah baru yang bagus diatas tanah yang luas, dan sebuah pondok kira-kira dua ratus kilometer di sebelah utara. Tidak ada kekhawatiran apakah kami dapat mengirim anak-anak ke perguruan tinggi yang baik, dan istri saya tidak lagi harus merasa bersalah setiap kali ia membelanjakan uang untuk membeli beberapa pakaian baru. Musim panas yang akan datang kami sekeluarga akan terbang ke Eropa untuk menghabiskan liburan selama sebulan. Kami sekarang benar-benar hidup."

"Bagaimana ini semua bisa terjadi?" tanya David J. Sc.

"Semuanya terjadi," lanjut orang itu, "ketika, menurut ungkapan yang Anda gunakan tadi, 'saya memanfaatkan kekuatan kepercayaan.' Lima tahun yang lalu saya mengetahui adanya lowongan di sebuah perusahaan di sini di Detroit. Kami waktu itu tinggal di Cleveland. Saya memutuskan untuk mencobanya, sambil berharap dapat menghasilkan uang sedikit lebih banyak di sana. Saya tiba di sini lebih awal yaitu pada hari Minggu malam, tetapi wawancaranya sendiri baru akan  dilakukan pada hari Senin.
"Sesudah makan malam saya duduk di kamar hotel dan entah karena apa saya benar-benar merasa jijik dengan diri saya sendiri. 'Mengapa,' saya bertanya,' saya hanya menjadi orang gagal kelas menengah? Mengapa saya berusaha mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan langkah yang begitu kecil?"
"Sampai sekarang saya tidak tahu apa yang mendorong saya untuk melakukannya, tetapi saya mengambil selembar kertas dan menuliskan nama lima orang yang saya kenal baik selama beberapa tahun yang sudah jauh melampaui saya dalam penghasilan dan kemajuan bisnis. Dua adalah bekas tetangga yang sudah pindah ke subdivisi yang lebih baik. Dua lagi adalah bekas majikan saya, dan yang terakhir adalah kakak ipar saya."
"Kemudian, saya bertanya dalam hati apa yang mereka punyai yang tidak saya miliki, selain pekerjaan yang lebih baik? Saya membandingkan kecerdasan mereka dengan kecerdasan saya, tetapi secara jujur saya tidak dapat melihat bahwa mereka lebih unggul dalam hal otak. Secara jujur saya juga tidak dapat mengatakan mereka berpendidikan lebih baik daripada saya, atau mempunyai integritas atau kebiasaan pribadi yang lebih unggul."
"Akhirnya saya tiba pada satu lagi kualitas keberhasilan yang sering kita dengar. Inisiatif. Disini saya harus mengakui bahwa rekor saya jauh dibawah mereka yang berhasil."
"Untuk pertama kali saya melihat titik lemah saya. Saya menemukan bahwa saya memang suka menahan diri. Saya menggali ke dalam diri saya semakin dalam dan lebih dalam lagi, dan menemukan alasan mengapa saya kurang memiliki inisiatif adalah karena saya tidak percaya bahwa diri saya sangat berharga."
"Saya duduk di sana sepanjang malam meninjau kembali bagaimana kurangnya kepercayaan akan diri sendiri telah mendominasi saya selama ini; bagaimana saya menggunakan pikiran saya bekerja melawan diri saya sendiri. Saya mendapatkan diri saya mengkhotbahi diri sendiri mengapa saya tidak dapat maju bukannya mengapa saya dapat maju.Saya melihat rentetan sikap menurunkan nilai diri sendiri ini tampak dalam semua yang saya kerjakan. Kemudian, kesadaran saya timbul bahwa tak seorang pun akan percaya kepada saya sebelum saya percaya kepada diri saya sendiri."
"Sejak saat itu saya memutuskan, 'saya tidak mau lagi merasa sebagai orang kelas dua. Sejak sekarang dan seterusnya saya tidak akan meremehkan diri sendiri."

"Keesokan paginya saya memiliki kepercayaan itu. Selama wawancara saya menguji untuk pertama kalinya kepercayaan yang baru saya dapatkan. Sebelum wawancara saya berharap memiliki keberanian untuk meminta $1.000, atau mungkin $1.500 lebih banyak daripada yang saya peroleh dari pekerjaan saya sekarang. Akan tetapi sekarang, sesudah saya menyadari bahwa saya adalah orang yang berharga, saya menaikkannya menjadi $5.000. Dan saya mendapatkannya. Saya menjual kualitas saya karena sesudah satu malam yang panjang dengan melakukan analisis diri saya menemukan hal-hal di dalam diri saya yang membuat saya jauh lebih mungkin laku."

"Dalam dua tahun sesudah saya melakukan pekerjaan itu, saya menegakkan reputasi sebagai orang yang cakap dan mampu berbisnis. Kemudian kami mengalami kemerosotan besar dalam bisnis. Ini malah membuat saya lebih berharga karena saya adalah salah seorang yang terbaik dalam mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan diorganisasi ulang, dan saya diberi saham dalam jumlah besar ditambah kenaikan gaji yang besar."

"Jelaslah, dengan percaya kepada diri sendiri maka segala hal yang baik pasti mulai terjadi."




Sumber: The Magic of Thinking Big

Tidak ada komentar:

Posting Komentar